Perintah Membaca Dalam Islam

Perintah membaca dalam islam

Dalam hadits shahih riwayat Bukhari dinyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah membaca (Iqra’) saat sedang berkhalwat di Gua Hira untuk beberapa malam. Sewaktu beliau kembali dari mengambil bekal di rumah istrinya, Khadijah, Nabi bertemu dengan malaikat Jibril di Gua Hira.

Malaikat Jibril kemudian berkata kepada Nabi, “Iqra’! (Bacalah!)” Lalu Nabi menjawab, “Saya tidak bisa membaca,” Malaikat Jibril lalu merangkul Nabi yang membuatnya sesak nafas.  Lalu melepasnya sambil berkata, “bacalah!” Nabi menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril merangkulnya lagi, melepaskannya sambil berkata, bacalah!” Nabi menjawab, “Saya tidak bisa membaca” yang membuat beliau merasa payah. Hingga Jibril membacakan ayat 1 sampai 5 QS AL-’alaq yang artinya.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah!, dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Boleh jadi ada yang heran, mengapa perintah membaca diturunkan kepada seseorang yang tidak pandai membaca.

Namun, keheranan itu akan sirna jika disadari arti dari kata iqra’ itu sendiri atau disadari bahwa perintah tersebut tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia.

Keheranan itu bisa juga sirna jika disadari bahwa hal tersebut merupakan ketetapan dari Allah SWT yang salah satu hikmahnya adalah menangkal narasi bahwa Al-Qur’an adalah karangan Nabi besar Muhammad SAW. Suatu narasi yang bisa saja berkembang.

Iqra’ berasal dari kata qara’a yang pada mulanya berarti “menghimpun”. Dalam berbagai kamus dapat kita temukan beraneka ragam arti dari kata qara'a antara lain, ‘menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu,’ dan sebagainya.

“Iqra!” demikian perintah Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril.

“Ma Aqra?” (Apa yang harus saya baca?)” jawab Nabi dalam suatu riwayat.

Kita tidak menemukan penjelasan mengenai objek bacaan dari QS Al-’Alaq ayat 1-5. Dari sini dapat disimpulkan bahwa objek bacaan yang dimaksud itu bisa apa saja sepanjang mencakup kata “membaca” dengan makna-makna di atas.

Membaca, menelaah, meneliti, menghimpun, mengetahui ciri segala sesuatu, termasuk alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apa pun. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu bismi rabbika (demi karena Allah). Bahan bacaan tersebut haruslah dapat dikaitkan dengan demi karena Allah.

Kemudian, yang perlu dipahami adalah wa rabbukal akram (dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah) seperti pada lanjutan ayat ketiga. Di sini, Allah menegaskan bahwa Ia Maha Pemurah. Maha Pemurah-Nya tidak terbatas. Allah menjanjikan kepada siapa saja yang membaca “demi karena Allah”, akan memperoleh kemurahan anugerah-Nya berupa pengetahuan, pemahaman, dan wawasan baru walaupun objek bacaannya sama.

Apa yang dijanjikan ini terbukti dengan adanya penafsiran baru atau pengembangan pendapat terdahulu saat manusia “membaca” ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun ayat yang dibaca itu-itu juga.

Hal ini terbukti pula dalam hal “membaca” alam raya dengan bermunculannya dari waktu ke waktu penemuan-penemuan baru.

Membuat Manusia Mulia

Kita patut bersyukur dengan adanya perintah membaca. Pasalnya, membaca adalah cara Allah untuk mengangkat derajat manusia. Manusia diciptakan dari sesuatu yang hina, khalaqal insaana min ‘alaq. Dari (sesuatu) yang melekat, segumpal darah. Lalu Allah membuat manusia menjadi makhluk yang berpengetahuan melalui membaca.

Dengan membaca, manusia dapat menulis dan berpengetahuan. yang dengan ilmu tersebut manusia dapat beramal shaleh.

Demikian perintah membaca merupakan perintah paling berharga yang pernah dan yang dapat diberikan kepada umat manusia.[ ] 

 Sumber: 

  • Al-Qur’an dan Tafsirnya, Kementerian Agama, Terbitan UII
  • Lentera Hati, Quraish Shihab

Tulisan ini adalah bahan tausyiah saya di Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Parung Panjang pada Sabtu, 20 September 2025.

Posting Komentar untuk "Perintah Membaca Dalam Islam"