Mungkin Saya Juga Penipu
Baru saja saya tiba di Stasiun Parung Panjang, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang mendekat. Ia duduk di samping saya lalu meminta ongkos untuk pulang. Dengan berbahasa Sunda, ia bilang mau pulang naik kereta.
Saya lalu bilang tidak punya uang. Tentu saja, sebenarnya saya punya uang. Kalau cuma 50 ribu atau 100 ribu Saya bisa saja memberikannya. Itu jika saya mau. Tapi saya tidak mau. Sambil menghisap kretek, saya berkata tidak punya uang. (FYI: percakapan dengan bapak ini terjadi di smoking area).
Namun si bapak tidak menyerah, ia meminta sepuluh ribu saja. Masa sepuluh ribu saja tidak punya? Mungkin begitu pikirnya.
Dan saya keukeuh tidak mau memberinya. Saya lalu bilang dengan berbahasa Sunda pula, “Urang geh keur teu boga duit, pak,”
Setelah itu, kami ngobrol santai. Si bapak akhirnya malah mendapatkan rokok kretek dari saya. Ujung-ujungnya kami malah sebats bareng.
Ada alasan mengapa saya tidak ingin memberinya uang. Alasannya adalah, si bapak ini pernah meminta uang kepada saya sebelumnya. Beberapa waktu lalu. Mungkin dia sudah lupa. Saat itu, dia bilang tinggal di Pandeglang. Dia kehabisan ongkos untuk pulang.
Jelas sekali sekarang bahwa ia adalah seorang penipu. Itulah mengapa saya tidak mau memberinya uang.
Namun, sebenarnya, saya mau usil juga saat itu. Yaitu dengan berpura-pura tidak tahu bahwa ia penipu. Saya akan berakting kaget, “Wah bapak dari Pandeglang? Kok bisa ada di sini?” “Kok bisa kehabisan ongkos?” Lalu saya akan memberinya uang. Mungkin 50 ribu atau 100 ribu untuk ongkos. Dengan mimik wajah yang prihatin.
Tapi hal itu tidak jadi saya lakukan. Sebab, saat itu kepala saya sedang berat. Plus lelah juga. Saya tidak punya energi untuk usil.
Dan, alasan kedua adalah, tiba-tiba terlintas saja di kepala saya: bahwa saya pun mungkin adalah seorang penipu. Tidak kepada manusia, tentu saja, tapi kepada Tuhan.
Entah berapa kali Tuhan berpura-pura tidak tahu saat saya bilang ‘kehabisan ongkos’ dalam do’a-do’a saya. Saat saya bilang ‘mau ke Pandeglang’, saat saya menjelaskan ini dan itu. Tapi Tuhan tetap memberi. Tidak peduli saya sedang berakting kala memintanya.
Menyadari hal itu membuat saya jadi tidak mood untuk usil. Besok-besok kalau ketemu lagi saya kasih uang saja.
Posting Komentar untuk "Mungkin Saya Juga Penipu"
Posting Komentar